This is my first tales,
selamat membaca!!!
A LITTLE DREAM of Tita
“ Sudahlah, cuma masalah segini aja, kamu udah kayak gini! “ ujar Mama yang munking ingin menyudahi pertengkaran dengan Papa.selamat membaca!!!
A LITTLE DREAM of Tita
“ Ini bukan masalah kecil ini adalah, masalah besar, kamu sudah terlalu boros hanya untuk kepentinganmu saja!! “ ucap Papa emosi.
Itulah sepenggal pertengkaran Papa dan Mama-ku. Entah mengapa Papa dan Mama kini lebih sering bertengkar entah masalah kecil ataupun besar. Karena hal itu aku labih sering mengurung diri di kamar. Tak terasa air mataku menetes pelan. Dan, pintu terbuka…
“ Mbak, mbak kenapa nangis? “ tanya Tristan. Tristan adalah adik kecil yang amat ku sayang, karena ia juga aku masih bertahan di sini. Aku menyeka air mataku, dan mulai tersenyum.
“ Enggak, kok, mata mbak cuma kelilipan. “ jelas ku sambil mencoba tersenyum, dan ia membalas dengan senyumannya yang amat sangat hangat, membuat hatiku tenang.
Keesokan…
Pagi ini sangat cerah, aku berinisiatif mengajak Tristan jalan-jalan. Maka aku ke kamarnya, lalu peristiwa itu terjadi…
Kini Tristan terbaring di suatu kamar di sebuah Rumah Sakit. Aku sangat khawatir dengan keadaannya.
“ Mbak? Mbak kenapa nangis? Mbak sedih, gara-gara Tristan, ya? “ tanyanya
“ Iya, kamu sih pake sakit segala. “ jawabku dengan mulai tersenyum
“ Mbak, maafin Tristan, ya! Tristan gak bisa selalu ngebuat Mbak senyum lagi. Karena, mungkin Tristan akan pergi ke suatu tempat dan gak bakal balik lagi. “ jelasnya.
“ Kamu tuh, ngomong apa, sih! Kamu pasti sembuh, kok! “ jawabku menguatkan hatinya yang mungkin sudah sangat rapuh.
Tiba-tiba pintu terbuka,
Papa masuk dengan wajah cemas,
“ Tita, gimana keadaan Tristan? “ tanya Papa
“ Udah dapet, penanganan dokter kok. “ jawabku, aku keluar mungkin ini waktu Papa berdua dengan Tristan.
Saat aku berjalan,
“ Bukkk… “ tanpa sengaja aku menabrak seseorang, dan orang itu…
“ Mama.. “ panggilku,
“ Tita ? Mana Tristan ? “ tanya Mama
“ Ada di kamar Melati A3. “
“ Ya, udah Mama kesana, kamu jalan-jalan aja dulu! “ ujar Mama menyarankan.
Aku meng-iya-kan. Dan setelah itu, aku berpikir, di dalam kamar ada Papa, Jika Papa bertemu Mama….
Segera ku berlari sekencang mungkin, tapi semua itu terlambat..
***
Kini aku hanya bisa tersenyum miris, di depan Batu Nisan ini, aku mencoba menguatkan hatiku, dan mencoba tersenyum seperti yang di inginkan Tristan. Semoga ia tenang di alamnya. Selamat Jalan, adikku tersayang…..Tamat…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar